Virality Evello: Kabut Asap Dorong Malaysia Terpopuler Se-ASEAN

“Polemik kabut asap masih merupakan isu primadona percakapan publik terhadap negara tetangga Indonesia. Pada ketiga negara, apakah itu soal kawasan wisata Thailand diselimuti asap, juga tentang ratusan sekolah terpaksa ditutup Malaysia, atau di Singapura dengan terusiknya balap Formula 1. Terutama Malaysia, percakapan dengan tingkat impression tinggi dampak kabut asap terbukti mendorong negara ini menjadi terpopuler se-ASEAN”.

Pemantauan Evello kali ini akan mengulas isu seputar negara Malaysia, Singapura dan Thailand. Menariknya mengulas isu negara-negara ini adalah, masih intensnya percakapan kabut asap di tengah besarnya dominasi kabar sepakbola. Data tentang kabut asap ini kian bertambah unik terutama karena viralitasnya hingga kini tak tertandingi. 

Gambar 1. Grafik Pemantauan Negara Asean Periode 01-24 September 2019

Big Data Evello menunjukkan pemantauan negara ASEAN selama bulan September 2019, menempatkan percakapan Malaysia di media dan media sosial berada paling tinggi dibanding Singapura dan Thailand. Dapat diperjelas bahwa berita-berita dan percakapan mengulas Malaysia selain berjumlah paling banyak, tersebar paling banyak, juga terbukti paling menarik perhatian publik. Grafik ini menunjukkan kepopuleran Malaysia.

Sementara itu, Total Shared News Malaysia nyaris mencapai 16 ribu berita dibagikan, dengan sebelumnya terdapat hanya delapan ribuan berita. Hal ini mengisyaratkan secara signifikan publik tak sekedar ingin membaca informasi tentang Malaysia, tetapi juga berkepentingan untuk berbagi berita soal negara tersebut. Tren serupa ini terjadi pula pada Singapura, namun tidak signifikan pada negara Thailand.

Kabut Asap Mengusik Balapan F1 Singapura

Gambar 2. Ragam Berita dan Percakapan Seputar Singapura

Kabar memuat sejumlah warga bentangkan spanduk “Riau Dibakar Bukan Terbakar” menjadi viral tentang Singapura. Kabar lain memuat desakan terhadap pemerintah RI agar tak malu meminta bantuan negara tetangga dalam penanganan kabut asap, mendorong negara Singapura berada di peringkat ketiga negara terpopuler di Asean. Tak kurang, sebagian percakapan warganet terlihat berisi sindiran terhadap pemerintah Indonesia.

Ragam berita viral tentang Singapura dalam pantauan Evello juga menunjukkan isu besar soal terusiknya ajang bergengsi balapan Formula 1 akibat asap pekat disekitar arena balapan tersebut. Dikabarkan bahwa kabut asap dipastikan akan mempengaruhi performa pembalap, terganggunya kesehatan para penonton, dan juga terhadap orang-orang atau kegiatan lainnya di sekitar lokasi tersebut.

Kawasan Wisata Thailand Diselimuti Asap Pekat

Popularitas negara Thailand berada di posisi kedua setelah Malaysia soal kabut asap ini. Kabar viral tentang negara ini berasal dari puluhan pelajar berunjuk rasa  di jalan Kota Palangkaraya. Kabar lain mengulas denda bagi perusahaan pembakar hutan, turut menjadi berita viral dalam pantauan Evello Virality.

Gambar 3. Ragam Berita dan Percakapan Seputar Thailand Periode September 2019

Lebih jauh soal kabut asap Thailand, warganet terpantau menyebut beberapa kawasan di selatan Thailand kini dilanda kabut asap dengan tingkat kualitas udara di kawasan wisata seperti Phuket dan sekitarnya, memasuki level berbahaya.

Malaysia Tutup Ratusan Sekolah Akibat Kabut Asap

Faktor pendidikan nampaknya begitu penting bagi pemerintah Malaysia, hal ini terlihat jelas dengan dikeluarkannya kebijakan menutup 409 sekolah akibat gangguan asap kiriman dari Indonesia ke wilayah Sarawak, dan kabar ini pun sontak menjadi fokus utama perhatian publik.

Gambar 4. Ragam Berita Viral dan Percakapan Seputar Malaysia

Perhatikan juga percakapan warganet pada gambar 4 di atas, selain pendidikan publik juga terpantau menyoroti isu-isu melibatkan tingkat emosional dalam (impression). Percakapan soal kepergian Gubernur ke Malaysia disaat kualitas udara di Sumsel berbahaya, juga tentang penolakan Indonesia atas bantuan negara Malaysia padamkan karhutla disinyalir karena gengsi atau masalah komunikasi, serta adanya ungkapan keprihatinan disampaikan anak Malaysia di Jambi tentang kondisi udara yang menakutkan.

Lalu mengapakah Malaysia menjadi terpopuler dibanding Singapura dan Thailand soal kabut asap ini? Simak hasil kesimpulan Big Data Evello, berikut:

Percakapan Kabut Asap Malaysia Memuat Kedalaman Emosional

Gambar 5. Impression Malaysia Tertinggi

Sebaran percakapan di media dan media sosial tentang kabut asap Malaysia tercatat paling tinggi, peta sebaran percakapan publik dalam pemantauan Evello Big Data menunjukkan data perhatian public nyaris merata di seluruh wilayah provinsi di tanah air. Besaran data ini juga memuat percakapan dengan tingkat impression tinggi tentang kabut asap Malaysia.

Ragam isu viral terpantau memuat perusahaan Malaysia dikenai sanksi akibat melakukan pembakaran hutan dan lahan, lalu negara Malaysia paling dekat dengan Indonesia dengan kabut kiriman berdampak pada terganggunya fasilitas pendidikan, serta kabar penolakan bantuan Malaysia telah memantik reaksi publik sangat besar.

Dengan menganalisis berita viral dan percakapan publik seputar kabut asap Malaysia, maka dapat disimpulkan berdasar gambar 5 di atas, keterlibatan sejumlah besar akun-akun unik telah menghasilkan jutaan percakapan memuat pesan emosional publik. Impression besar dalam percakapan publik ini mendorong Malaysia meraih popularitas lebih tinggi di banding Singapura dan Thailand dalam radar pemantauan Big Data Evello.

Karhutla dan ‘Festival Asap Tahunan’

“Festival Asap Tahunan…sampai kapan udara di Riau seperti Ini….semoga semuanya cepat berlalu….sebarkan ke khalayak ramai….kami masyarakat Riau memohon doa supaya diberikan kesehatan dan kesabaran dalam menghadapi bencana asap ini….” (Setia Hati Channel)

Analisa Big Data Evello kali ini tertuju pada ‘interest’ Tren Bencana dengan empat target: Gempa, Erupsi, dan Banjir serta Kebakaran. Walhasil, tren bencana kebakaran grafiknya terlihat melonjak dengan tingkat sebaran percakapan dan pemberitaan paling ramai di media dan media social.

Kenyataannya, bencana kebakaran khususnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memang tengah melanda berbagai daerah di Indonesia. Periode pemantauan pada 08 – 15 September 2019, mendudukkan tren bencana karhutla keluar sebagai isu paling menarik minat publik  (masyarakat dan pemerintah).

Dampak karhutla, dampak kerugiannya bagi negara, kerusakan lingkungan, musnahnya ekosistem, dampak bagi kesehatan manusia, dan tak kurang tercorengnya nama baik Indonesia di mata negara tetangga, dampak negative kabut asap akibat karhutla demikian signifikan. Seluruh dampak ini telah memantik ragam reaksi publik, salah satunya seperti ungkapan keprihatinan disampaikan (Youtuber: Setia Hati Channel) pada sepenggal kalimat di atas.    

Gambar 1. Bencana Kebakaran Mendominasi Percakapan Publik

Perhatikan pada gambar 1, periode ini menampilkan porsi percakapan public tentang karhutla menempati total 39.229 data. Data ini jauh meninggalkan tren bencana gempa dengan 2.681, dan 82 data soal erupsi, serta banjir sebesar 3.486 percakapan. Bencana akibat karhutla seharusnya dinyatakan penting berdasar besarnya jumlah data ini.

Fokus Perhatian Publik

Gambar 2. Berita Viral Bencana Kebakaran dan Kabut Asap

Evello Virality menampilkan potongan pemberitaan dari berbagai media seperti kompas, cnnindonesia, dan viva muncul sebagai media dengan berita viral terpantau Big Data Evello. Ulasan menyoal peringatan ibu hamil hingga balita dilarang keluar rumah akibat kabut asap pekat di Pekanbaru, tentang Greenpeace sebut kabut asap Riau sebagai indikasi kegagalan pemerintah. Kemudian soal kabut asap kiriman dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura, dan masalah kualitas udara di Riau berada pada level mengkhawatirkan.  

Berdasar data berita viral tersebut, secara garis besar dapat terlihat bahwa publik menaruh perhatian lebih pada dampak akibat karhutla, informasi tentang kabut asap paling diminati publik dibanding isu lain seputar bencana karhutla semisal korban bencana, atau pelaku pembakaran liar.

Kondisi serupa juga terjadi melalui pemantauan pada video dengan jumlah terbanyak menarik perhatian pemirsa Youtube. Perhatikan gambar 3 di bawah ini, jumlah video ditonton mengulas isu kebakaran mencapai  463,452 views dengan porsi besar telah ditonton terutama mengulas dampak kabut asap. Persoalan kabut asap terlihat menjadi frasa kunci perhatian publik.

Gambar 3. Video Terbanyak Ditonton Pemirsa Mengulas Kabut Asap dan Kualitas Udara

Sejauh ini Evello telah mengulas tentang seberapa besar dan apa saja yang menjadi fokus penting diulas dalam pemberitaan dan percakapan public terkait isu bencana kebakaran. Selanjutnya, dan tak kalah penting untuk mengetahui fokus perhatian publik ini, percakapan tentang karhutla dan kabut asap tersebar di daerah mana saja melalui peta sebaran percakapan di lingkup wilayah Indonesia.

Isu Berskala Nasional

Sebaran keseluruhan percakapan bencana kebakaran nyaris merata di seluruh wilayah provinsi di tanah air. Menariknya, pulau Jawa ternyata paling banyak mendapat sebaran percakapan public jika dibandingkan daerah-daerah lain termasuk pada daerah terdampak bencana kebakaran seperti di Riau dan Kalimantan.

Gambar 4. Peta Sebaran Percakapan Bencana Kebakaran

Sebagai perbandingan, jumlah percakapan di Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah misalnya, mendapat sebaran masing-masing 4000 lebih percakapan, sedang di Riau atau di Kalimantan ternyata kurang dari 800 sebaran percakapan. Konsentrasi besar perhatian publik di kota-kota di tanah Jawa dan daerah lain di Indonesia cukup unik, kondisi persebaran percakapan isu bencana kebakaran pada akhirnya membuktikan bahwa persoalan kabut asap merupakan isu dengan skala nasional.

Isu ini kian meruncing di mata publik terutama karena pihak-pihak terkait dan pemerintah dinilai gagal melakukan pencegahan bencana kebakaran dan kabut asap. Seperti apa dan kepada siapa percakapan publik ditujukan? Berikut tema-tema besar pada linimasa twitter akan menguak hal ini.

Gambar 5. Awan Tema Diperbincangkan Publik pada Linimasa Twitter Terkait Bencana Kebakaran

Percakapan Publik Bertema Kualitas Udara

Percakapan publik bertema kualitas udara muncul melalui akun-akun unik pada linimasa twitter. Pesan percakapan ini menyoal kualitas udara di Riau sangat tidak sehat akibat pekatnya kabut asap disebabkan karhutla tak kunjung usai. Terlihat bahwa percakapan ini juga ditujukan tak hanya kepada masyarakat namun juga ditujukan kepada seluruh pihak terkait, utamanya pemerintah dan pemerintah daerah agar segera menanggulangi persoalan kabut asap yang terjadi di Riau.

Percakapan Publik Mengarah ke Jokowi

Bagian ini tercatat memiliki lebih dari 7000 percakapan bertema Jokowi, percakapan ini jelas ditujukan kepada pemerintahan Jokowi. Salah satu isi percakapan meminta agar karhutla dan kabut asap dijadikan bencana nasional, dan butuh tindakan lebih nyata dari Presiden Jokowi selaku pemerintah dan pihak terkait untuk segera menangani persoalan ini hingga tuntas. Percakapan lain terpantau berisi sindiran dan kritik terhadap kinerja Jokowi.

Percakapan Publik Menyoal Debat Pilpres

Percakapan selanjutnya memuat gelembung awan tema cukup besar berasal dari akun @andre_rosiade. Akun ini mengkritisi debat pilpres di mana “Jokowi kala itu menyebut tidak ada lagi kebakaran hutan, namun justru sebaliknnya kebakaran hutan kini terjadi lagi”.   

Kesimpulan Evello

Gambar 6. Seluruh Awan Tema Menyelimuti Frasa Kunci “Kabut Asap”

Sedari awal kita telah menganalisa secara gamblang tentang besaran data dan sebaran pemberitaan mendorong tren bencana kebakaran melonjak drastis dalam grafik perhatian publik. Bagaimana berita viral dan video terbanyak ditonton pemirsa mengulas bencana kebakaran ternyata memuat informasi “kabut asap”, hingga sampai pada isu kabut asap sebagai isu berskala nasional dalam distribusi sebaran percakapan.

Tak kurang, awan tema pada linimasa twitter juga memunculkan tiga frasa dalam percakapan publik, dan kepada siapa seluruh percakapan tersebut ditujukan. Seluruhnya kian mengarah pada satu frasa kunci yakni “kabut asap”. Mengapa frasa kabut asap muncul sebagai kata kunci penting dalam tren percakapan bencana kebakaran?

Kesimpulan Evello akan didapat melalui gambar 6 di atas, tema “kebakaran/karhutla”, “pekanbaru/riau”, “kabupaten/provinsi”, “berita provinsi/berita kota”, seluruhnya melingkupi frasa “kabut asap” di media online.  Seluruh frasa yang muncul jika digabungkan menjadi sebuah kalimat kesimpulan, maka akan didapat seperti berikut:

“Kabut asap merupakan dampak dari karhutla yang kini terjadi di beberapa daerah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (makhluk hidup), juga kerusakan lingkungan dan musnahnya eksosistem akibat karhutla. Negara pun mengalami kerugian sangat besar, citra negara menjadi rusak sebab kabut asap mengganggu negara tetangga”.

“Publik di seluruh tanah air menaruh perhatian besar pada upaya penanggulangan bencana kabut asap ini oleh seluruh pihak terkait, utamanya pemerintah di tingkat kabupten/provinsi, maupun pemerintah pusat hingga tuntas ke akar-akarnya. Publik pun menyiratkan harapan besar agar persoalan kabut asap dapat segera diakhiri, dan bencana karhutla tidak lagi terjadi di tahun-tahun mendatang hingga apa yang disebut dengan istilah ‘festival asap tahunan’ menjadi yang terakhir di tahun 2019 ini”.

Popularitas Anies ‘Bak Gedung Pencakar Langit’

Sebaran percakapan public tentang Anies merata hampir diseluruh wilayah provinsi di Indonesia, semua isu apakah menjurus sebutan “Goodbener” atau bahkan “Gabener”, terlihat sama nilainya. Seluruhnya, hanyalah pendorong kuat sosok Anies Baswedan hingga raihan popularitasnya bak gedung pencakar langit.

Pemantauan Evello kali ini akan mengulas empat nama target kepala daerah. Keempatnya adalah Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, Ridwan Kamil (RK) di Jawa Barat dan Lukas Enembe di Papua. Apa yang menarik dari mengulas nama-nama ini adalah sisi popularitas mereka.

Gambar 1. Grafik Pantauan Gubernur Periode 01-08 September 2019

Big Data Evello menunjukkan grafik pantauan gubernur selama pekan pertama September 2019, menempatkan percakapan tentang Anies di media dan media sosial berada paling tinggi jika dibandingkan Ganjar, RK dan Enembe. Dapat diperjelas bahwa berita-berita dan percakapan mengulas Anies selain berjumlah paling banyak, tersebar paling banyak, juga terbukti paling menarik perhatian publik. Grafik ini membuktikan kepopuleran Anies.

Sementatra itu, Total Shared News mencapai 5 ribu lebih berita dibagikan, dengan sebelumnya terdapat hanya 574 berita memuat isu Anies. Hal ini mengisyaratkan secara signifikan publik tak sekedar ingin membaca informasi tentang Anies, tapi juga berkepentingan untuk berbagi berita tentangnya. Kondisi seperti Anies ini tak terjadi pada isu RK dan Ganjar, lalu pada Enembe terlihat sedikit berbeda karena adanya tren peningkatan jumlah persebaran berita.

Isu Pergolakan Papua Melekat pada Enembe

Gambar 2. Ragam Berita Viral Seputar Lukas Enembe Periode 01-08 September 2019

Nama Lukas Enembe turut mencuat seiring pecahnya pergolakan Papua karena dipicu isu rasisme. Saat kerusuhan terjadi dan paska kerusuhan Enembe terlihat banyak mengambil peran berjibaku sebagai kepala daerah di wilayah konflik tersebut. Kabar rusaknya berbagai fasilitas paska kerusuhan, kabar ribuan orang duduki kantor Gubernur, serta permintaan Enembe kepada aparat agar bersikap persuasif membuat sosok Enembe terdorong kemuka public soal ini.

Ragam berita viral dalam pantauan Evello menunjukkan isu besar pergolakan Papua, dan peran Enembe sebagai Gubernur Papua dalam penyelesaian konflik yang terjadi, segala isu tersebut melekat kuat pada sosok Enembe hingga pekan ini, dan akan terus berpotensi mendongkrak popularitas Enembe di Papua.

Ganjar “Nunut” Mobil ESEMKA

Popularitas isu mobil Esemka kembali santer belakangan ini. Popularitas isu Esemka membuat sang penguasa Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut memetik buahnya. Perhatikan pernyataan Ganjar meminta pejabat Jateng gunakan mobil Esemka hingga berita ini menjadi viral dalam pantauan Evello Virality.

Gambar 3. Ragam Berita Viral Seputar Ganjar Pranowo Periode 01-08 September 2019

Dalam hal ini Ganjar dapat disebut “nunut” popularitas isu Esemka. Selain itu, Ganjar pun ikut angkat suara soal kerusuhan Papua dan kabar lain soal GP Ansor gembleng ratusan kader terbaiknya di Ponpes Asuhan turut mendongkrak popularitas Ganjar di Jateng. Ganjar terlihat jelas menggunakan pola “nunut” isu populer sebagai cara untuk mendompleng popularitas dirinya. Evello pun menilai sejauh ini popularitas Ganjar Pranowo masih sebatas di lingkup wilayah Jawa Tengah saja.

RK Baru Meletakkan Pondasi Kerja

Selanjutnya soal popularitas RK, RK sempat viral ketika dirinya angkat suara terkait rencana pemindahan pusat pemerintahan Jabar, sejauh ini kabar tersebut memang terbukti meningkatkan fokus perhatian publik di wilayahnya. Isu viral lainnya yakni soal kinerja RK selama setahun memimpin Jabar, RK pun menyebut bahwa dirinya masih baru meletakkan pondasi kerja sebagai Gubernur Jabar.   

Gambar 4. Ragam Berita Viral Seputar Ridwan Kamil Periode 01-08 September 2019

Analisa Evello terkait RK pekan ini, utamanya dari sisi popularitasnya terkesan biasa-biasa saja. Padahal RK sendiri selama setahun menjabat Gubernur Jabar tentu telah memiliki segudang informasi penting untuk disebar ke publik. Informasi itu semisal isu terkait kinerja membangun Jabar, yang seharusnya dapat memberikan kontribusi mengangkat popularitasnya. RK belum mengemas hal itu dengan apik.

Anies Diserang Isu Sampah, Trotoar hingga Pawai Obor

Berbeda dengan Enembe, Ganjar dan RK di jabar. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan justru menuai kritik tajam publik, ragam isu viral menyelimuti Anies terkesan bernuansa negatif. Anies diserang isu sampah dan polusi udara Jakarta, soal pawai obor hingga masalah trotoar.

Gambar 5. Percakapan Warganet dan Berita Viral Anies Baswedan Periode 01-08 September 2019

Perhatikan berita viral pada gambar 5, di mana Anies juga menuai sindiran politikus PDI-P soal isu PKL di trotoar. Tak kurang percakapan pada linimasa twitter menunjukkan intensitas kuat terjadinya saling serang antar warganet seputar isu Anies. Ada komentar dukungan, namun sebaliknya tak sedikit yang bersegera mem-bully Anies.

Lalu mengapakah Anies tetap saja terpopuler dibanding kandidat target lain padahal Anies selalu di-bully? Simak hasil kesimpulan Big Data Evello, berikut:

Popularitas Anies Bak Gedung Pencakar Langit

Gambar 6. Peta Sebaran Percakapan Anies, Ganjar, RK dan Enembe Periode 01-08 September 2019

Bayangkan jika dari ujung rambut hingga ujung kaki seseorang selalu menjadi sorotan khalayak ramai, dari hal terkecil remeh temeh hingga hal besar selalu diperhatikan dan diperbincangkan publik, dan itulah kenyataan terjadi pada Anies Baswedan saat ini.

Perhatikan gambar 6 di atas, terlihat sebaran percakapan tentang Anies nyaris merata pada hampir seluruh provinsi di Indonesia, bahkan Anies berada di posisi kedua terbanyak diperbincangkan di kandang Ganjar Pranowo. Di Jabar, percakapan Anies mengalahkan RK, dan di Papua, Anies mengungguli  Enembe. Di sini, Evello harus membenarkan istilah “Gubenur rasa presiden” disematkan publik pada Anies.

Evello dapat menjelaskan bahwa Anies sebenarnya telah meningkatkan tahapan perhatian dan percakapan warganet dari tahap Awareness, ke tahapan Engagement hingga Advocacy (tahapan ini tak terlihat dimiliki kandidat target lain)

“Tahap aware di sini, di mana publik masih baru mengenal Anies sebagai Gubernur Jakarta (pertanyaan tentang siapa Anies Baswedan menjadi awalnya). Seiring perjalanan waktu, publik pun terpapar informasi lebih dalam mengenai Anies, jika public suka, maka publik akan mencari informasi tentang Anies di media dan media sosial. Jika ada postingan seputar Anies dia like, share dan  memberikan komentar maka nilai engagement dia naik. Tahap Advocacy berarti audien sudah mengenal Anies sampai pada level personal, seolah-olah sudah dalam lingkaran pertemanan terdekat (bagaimana Anies)

Dengan menganalisis isi berita dan percakapan viral seputar Anies, maka level percakapan publik saat pemantauan ini dilakukan telah berada di tahap advocacy. Di mana audien sudah menjadi defender dan akan membela Anies mati-matian. Level ini merupakan yang tertinggi dalam tingkatan perhatian publik. Anies sejauh ini telah berhasil mengobok-obok jantung perhatian publik, dan menariknya hingga mendapat raihan popularitas “Bak Gedung Pencakar Langit”.

Awan Gelap Isu Pembangunan Soal BPJS Kesehatan

Persoalan pembangunan tengah melonjak dalam sorotan public, tak hanya isu pembangunan pendidikan dan ketenagakerjaan saja, tapi juga pembangunan bidang kesehatan. Data dari seluruh media menempatkan 44 ribu lebih percakapan seputar kesehatan, mendapat porsi paling banyak dibanding isu lainnya.

Gambar 1. Sebaran Percakapan Publik di Media dan Media Sosial, Topik Kesehatan Mendominasi Isu Pembangunan Periode 27 Agustus 2019 – 03 Agustus 2019

Terlihat bahwa pada gambar 1 di atas, Evello menyajikan topik kesehatan menyedot nyaris 50% fokus perhatian publik. Ragam persoalan terkait bidang kesehatan keluar sebagai pemenangnya. Lalu apa yang membuat isu kesehatan ini begitu penting hingga publik menaruh perhatian lebih?

Percakapan Isu Pembangunan Kesehatan

Awal pekan September 2019 ini, dengan menyimak ragam percakapan warganet mengkritisi isu pembangunan khususnya bidang kesehatan, kita akan mengetahui bagaimana isu ini memang memiliki pengaruh kuat terhadap kesuksesan dan keberhasilan suatu pembangunan.

Publik di dunia maya, diantaranya meminta agar pemerintah lebih memperhatikan soal kesehatan dibanding rencana pemindahan ibukota, di mana dana pemindahan ibukota baru sebaiknya dialihkan untuk pembangunan bidang kesehatan. Berikut data feed result tersaji:

Gambar 2. Feed Results Isu Pembangunan Menunjukkan Kata Kunci BPJS Kesehatan

Percakapan lain menyebut bahwa jaminan social kesehatan untuk rakyat pada dasarnya adalah kewajiban negara, selain itu ada juga terkait pernyataan Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo tentang rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Isu lain soal kabar Belitung raih predikat UHC karena keberhasilan menanggung BPJS kesehatan seluruh warganya. Data tersebut menyiratkan satu kata kunci mengarah pada tema bidang kesehatan, yakni BPJS Kesehatan.

Awan Gelap Itu Ternyata BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan ternyata menjadi topik penting percakapan publik hingga mencuatkan isu kesehatan dibanding pendidikan dan ketenagakerjaan. Terlihat tak hanya melonjak pada grafik results, percakapan melalui media dan media online pada feed results juga mendominasi, serta pada theme clouds (awan tema) meliputi isu pembangunan.

Warganet sebagiannya, menaruh perhatian cukup besar atas rencana Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam usulannya menaikkan iuran kepesertaan BPJS Kesehatan, hingga pro dan kontra pun bermunculan. Sebagai gambaran, rencana Sri Mulyani ini kemudian mendapat tanggapan berupa penolakan dari Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, namun sebaliknya pihak BPJS justru memberikan dukungan atas rencana pemerintah tersebut.

Gambar 3. Awan Tema Isu Pembangunan Memuat Kesehatan dan BPJS Kesehatan

Sejalan dengan situasi ini, di mana Big Data Evello juga membuktikan bahwa awan tema kesehatan dan BPJS Kesehatan, keduanya telah diperbincangkan sebanyak 271 dan 573 kali. Besarnya intensitas angka kedua tema ini, utamanya soal rencana pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan nampak seperti awan gelap yang memayungi isu pembangunan, di mata publik.

Kesimpulan Big Data Evello

Kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan muncul sebagai tema-tema penting dibalik isu pembangunan. Faktor kesehatan sendiri menempati nyaris 50% perhatian publik dibanding faktor lainnya, dan itu artinya bila persoalan pembangunan kesehatan dapat dituntaskan, setengah keberhasilan pembangunan dapat dikatakan telah berhasil baik.

Bagaimanapun, suatu pembangunan disebut sukses atau gagal tergantung faktor penentu dibelakangnya. Isu kesehatan kini harus menjadi perhatian serius pihak-pihak terkait, jika tidak, bukan tidak mungkin ruang public akan dipenuhi percakapan tentang kegagalan pembangunan.

Pergolakan di Papua: Kerusuhan Berlatar Free West Papua

Isu rasisme dinilai sebagai pemicu terjadinya konflik di tanah Papua. Big Data Evello turut membenarkan hal itu dengan menampilkan percakapan tentang rasis, masih merajai perbincangan dan pemberitaan sepanjang periode pemantauan Agustus 2019.

Distribusi percakapan seputar pergolakan Papua, periode 1-31 Agustus 2019

Perhatikan bahwa pada tanggal 21, isu rasis menjadi semacam trigger yang memicu terjadinya kerusuhan di berbagai wilayah di Papua. Sementara itu, sepanjang periode pemantauan percakapan warganet di linimasa twitter juga terlihat masih menyoal rasisme. Isu rasisme mulai surut pada akhir periode pemantauan, berganti dengan isu “Free West Papua”.

Pergolakan di Papua Bukan Sekedar Rasisme dan Diskriminasi

Presiden Jokowi angkat bicara soal kerusuhan yang terjadi di Papua, Jokowi baru-baru ini menghimbau agar warga Papua dapat meredam gejolak amarah. Lewat pernyataannya Jokowi juga meminta agar public di Papua bisa memaafkan terkait ujaran rasis. Jokowi selaku pemimpin negara tentu mengetahui akar masalah yang sebenarnya terjadi di Papua, bukan sekedar ujaran rasis namun juga persoalan-persoalan lain.

Sejalan dengan pernyataan Presiden Jokowi tersebut, Gubernur Lukas Enembe pun mengungkap hal sama. Namun demikian, Enembe menegaskan bahwa persoalan dan masalah di Papua jauh lebih rumit, tak bisa disederhanakan atau diselesaikan hanya dengan cara seperti itu.

(Baca juga: http://evello.co.id/politik/reaksi-warganet-terhadap-pergolakan-papua-setara-hut-ri-74/)   

Kerusuhan di Papua bukan sekedar rasisme belaka? Simak hal menarik dalam Peta sebaran percakapan pergolakan di Papua berikut ini:

Sebaran percakapan di ranah digital pada topik pergolakan Papua. Perbincangan “rasis” dan “diskriminasi” justru tersebar hanya di luar pulau Papua

Terlihat bahwa sebaran percakapan warganet tentang “rasis” dan “diskriminasi” justru tersebar hanya di luar pulau Papua. Menariknya, kedua frasa tersebut ternyata memang tidak diperbincangkan publik di lingkup wilayah Papua. Warga Papua baik pendatang maupun warga asli, warga yang terlibat dan yang tidak terlibat aktivitas demo dan kerusuhan, seluruhnya nyaris hanya berbincang tentang Sorong, Fakfak dan Jayapura di mana titik kerusuhan terjadi. Lalu, apa alasan sebenarnya yang mendasari kerusuhan di Papua hari ini?

Kerusuhan Papua Dilatari Kehendak “Free West Papua”

Sebanyak 9,636 akun unik terlibat membicarakan tentang Free West Papua, sementara rasis menempatkan hanya 7,975 akun twitter, dan Jayapura dengan 4,791 akun. Keterlibatan sejumlah besar akun unik dalam percakapan isu-isu tersebut membuktikan adanya pergeseran isu dari rasisme, menuju isu Free West Papua.

Kerterlibatan akun unik didominasi dari Free West Papua di Isu Pergolakan Papua, pada periode pemantauan 23-30 Agustus 2019

Adanya anomali unik ini juga diperkuat dengan data jumlah persebaran berita dan percakapan warganet di media dan media sosial, di mana isu “Free West Papua” di seluruh media membuktikan tumbangnya dominasi isu Rasis pada sepekan terakhir Agustus 2019, atau sejak rusuh Jayapura terjadi pada 29 Agustus hingga hari ini.

Data analisa Evello ini menyimpulkan alasan utama dibalik setiap kerusuhan yang terjadi di wilayah Papua hingga hari ini. Isu Rasisme bukanlah sebenarnya, melainkan kehendak untuk memerdekakan diri merupakan alasan utama yang mendasari pergolakan di wilayah paling timur Indonesia itu.

Ada Bayang-bayang Ahok di Kasus “Hina Salib” UAS

Nama Ahok mencuat ditengah isu miring yang kini mendera Ustadz Abdul Somad (UAS). Munculnya Ahok, meski hanya untuk memberikan wawasan kepada mereka yang tak paham tentang simbol salib, tak pelak meruncingkan perbincangan publik terhadap kedua tokoh nasional ini tentang penistaan agama.

Sebuah analisia menarik didapat melalui platform Big Data Evello di media dan media sosial terhadap 13 tokoh nasional. Ada Abdul Somad, Rizieq Sihab, Ahok, Mahfud Md, Rocky Gerung hingga Sri Mulyani. Hasil analisis ini menghasilkan, mencuatnya dua nama tokoh besar paling menarik perhatian publik.

Isu Sensitif

Siapa yang tak kenal Abdul Somad (UAS) dan Ahok? dalam sepekan terakhir ini saja, keduanya telah terbukti paling ramai mendapat perbincangan maupun pemberitaan. Di Twitter misalnya, UAS menorehkan angka 48,555 ribu percakapan, angka ini lebih tinggi dari Ahok dengan 41,905 tweet. Selain twitter, UAS unggul jauh di facebook, namun tidak dengan media online dan youtube, Ahok rajanya.

Lonjakan pemberitaan tentang UAS mulai terjadi pada tanggal 17 hingga akhir periode pemantauan, yakni 20 Agustus, dengan total sebaran berita 5,549 berita. Di periode yang sama, Ahok juga muncul dan berita tentang dirinya melonjak pada tanggal 19 – 20 Agustus, dengan seluruh total sebaran berita Ahok sebanyak 1.267.

Berita-berita tersebut, salah satunya menonjolkan isi ceramah UAS membahas tentang symbol salib. UAS menjelaskan bahwa salib adalah tempat bersarangnya jin kafir. Isu ini sensitif, terbukti berita UAS ceramah tentang salib memantik reaksi keras public. Ragam opini tentang salib, tentang penistaan agama dan akhirnya kabar pelaporan terhadap UAS pun gencar bertebaran.       

Gencarnya tudingan penghinaan penistaan agama membuat UAS harus mengklarifikasi terkait ceramahnya tersebut. UAS pun menyebut poin klarifikasi lewat okezone.com, terbit pada 19 Agustus 2019, diantaranya ia menjelaskan bahwa dirinya hanya menjawab pertanyaan dari seorang jamaah yang hadir di kajiannya.

UAS juga mengaku bahwa kajian yang diselenggarakan pada waktu itu tertutup, alias tidak untuk umum. “Itu pengajian di dalam masjid tertutup, bukan di stadion, bukan di lapangan sepak bola. Bukan di TV, tapi untuk intern umat Islam menjelaskan pertanyaan umat Islam mengenai patung dan tentang kedudukan Nabi Isa. Untuk orang Islam dalam sunah Nabi Muhammad,” jelasnya

Intersepsi Ahok

Nama Ahok turut mencuat ditengah isu miring yang kini mendera UAS. Munculnya Ahok, meski hanya untuk memberikan wawasan kepada mereka yang tak paham tentang simbol salib, tak pelak meruncingkan perbincangan publik terhadap kedua tokoh nasional ini tentang penistaan agama.

Kemunculan Ahok dapat terlihat jelas dengan jumlah akun unik yang terlibat membicarakan Ahok berselisih tipis dengan UAS. Ini membuktikan adanya peluang terjadinya intersepsi isu tentang Ahok dan UAS oleh public. Sebuah intersepsi yang tajam berupa isu tunggal terkait kedua tokoh ini.

Ternyata, awan tema yang melingkupi kedua tokoh ini dapat memperjelas bahwa tema tunggal yang mengitersepsi itu adalah “penistaan agama”. Perhatikan juga adanya akun TeddyGusnaidi, permadiaktivis, detikcom sama-sama ternyata mengulas kedua tokoh ini.

Lebih jauh, Ahok seperti diketahui bersama pernah merasakan “dibui” akibat penistaan agama, bagaimanapun Ahok jugalah salah seorang yang mendapat fatwa menistakan agama oleh MUI kala itu. Kini pendapat MUI dalam menyikapi kasus UAS mendapat sorotan netizen, misalnya oleh akun @kis-miyanto dengan membandingkan bagaimana MUI bersikap terhadap Ahok dan Mui terhadap kasus UAS. Disinilah bayang-bayang Ahok muncul di kasus “hina salib” UAS, meski sebelumnya Ahok sudah menegaskan tak ingin kasusnya disamakan dengan UAS.