Pancasila Diberitakan 68% Lebih Banyak Dibanding Komunis dan Khilafah

Tema berita Pancasila selama pantauan periode 1 Januari – 14 Oktober 2019 mencapai 26.975 artikel atau setara dengan 68% berbanding berita tentang Komunis dan Khilafah.

Meskipun demikian, pemberitaan bertemakan Komunis tercatat mencapai 9.302 artikel berita dibandingkan Khilafah dengan 3.384 berita.

Jika mengacu pada grafik pantauan harian selama periode Januari – Oktober 2019, tema khilafah dan komunis cukup aktif mewarnai pemberitaan di media daring Indonesia.

Berdasarkan tren pemberitaan yang ada, percakapan tentang Pancasila, Komunis dan Khilafah tidak terlepas dari situasi politik di tanah air. Pantauan pada medio April 2019 menunjukkan terjadi lonjakan pemberitaan yang cukup tinggi untuk ketiga ideologi yang dipantau, baik Pancasila, Komunis dan Khilafah.

Gambar 1. Pemberitaan bertemakan Pancasila, Komunis dan Khilafah meningkat bersamaan pada periode April 2019.

Dilansir dari Viva.co.id (Kamis, 18 April 2019), Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf yang juga Kepala Staf Presiden, Jenderal (Purn) Moeldoko mengakui kekalahan pasangan 01 itu di sejumlah daerah karena isu agama.

Moeldoko juga menyebutkan Isu agama kerap dialamatkan ke Jokowi, seperti kalau terpilih maka azan akan dilarang. LGBT juga diisukan akan dilegalkan, hingga pernikahan sesama jenis. Sebelumnya Jokowi juga dihantam isu sebagai kader PKI.

Sementara itu, dilansir dari media yang sama, Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno, tegas menyatakan tidak akan memberi ruang terhadap paham komunis untuk hidup di Indonesia. Hal itu diungkapnya di hadapan ratusan ulama dan tokoh lintas etnis di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa 9 April 2019.

Pantauan Evello pada periode 1-22 April juga menemukan hal menarik. Bukan kebetulan jika pada periode pantau tersebut jumlah pemberitaan bertema komunis dan khilafah cenderung sama. Gambar 2 berikut menunjukkan pemberitaan khilafah mencapai 838 artikel. Sementara pemberitaan tentang komunis mencapai 825 artikel.

Gambar 2. Jumlah pemberitaan bertema komunis dan khilafah pada periode 1-22 April 2019.

Kesamaan jumlah berita tidak terlepas dari pertarungan Pilpres 2019. Hal tersebut juga tercermin dalam surat Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Minggu, 7 April 2019. Dalam surat tersebut, SBY menyebutkan bahwa Prabowo Subianto kerap dihubungkan dengan khilafah, sementara Joko Widodo dihubungkan dengan narasi komunis.

Saya berpendapat bahwa juga tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan kilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai kilafah ataupun radikal. Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah.

Hasil penelaahan terhadap tren berita bertema khilafah sepanjang 2019 menunjukkan bahwa isu ini sangat lekat dengan pelaksanaan Pilpres 2019. Data tren bulanan seperti terlihat pada Gambar 3 berikut menunjukkan bahwa tren berita khilafah meningkat pada bulan Maret – April dan cenderung turun drastis sesudahnya.

Gambar 3. Tren pemberitaan bertema khilafah meningkat signifikan pada Maret-April 2019.

Sejalan dengan tren berita tentang khilafah, pemberitaan bertemakan komunis juga tidak lepas dari pelaksanaan Pilpres 2019. Berbeda dengan khilafah, tren berita komunis sudah tinggi sejak awal tahun 2019 hingga hajat pemilu usai dilakukan. Tren berita tentang komunis meningkat kembali pada akhir Agustus 2019 dipicu oleh peringatan hari kesaktian Pancasila dan G30S/PKI.

Gambar 4. Tren pemberitaan bertema komunis cenderung turun saat Pilpres 2019 dan meningkat kembali karena perayaan Pancasila Sakti dan G30S/PKI

Tren Persebaran Berita di Media Sosial

Berbeda dengan berita komunis dan khilafah, persebaran berita bertemakan Pancasila tidak selalu berkaitan dengan pelaksanaan Pilpres 2019. Meskipun demikian, melalui analisa persebaran berita terbanyak di media sosial dengan tema pancasila, evello menemukan sebagian besar berita dominan karena berkaitan Pilpres 2019.

Hasil pantauan pada 1 Januari hingga 14 Oktober 2019 menemukan tema pancasila kembali ramai dibahas dan disebar netizen Indonesia berkaitan dengan debat Arteria Dahlan dan Prof Emil Salim soal Perppu KPK.

Berita yang dilansir oleh media Republika.co.id mengambil judul “Arteria Dahlan, Emil Salim, dan Krisis Budi Pekerti” menjadi berita ke-6 terbanyak disebar netizen bertemakan Pancasila.

Berita tersebut telah disebar sebanyak 4.861 kali di media sosial, menuai 9.946 komentar dan menimbulkan reaksi sebanyak 24.472.

Pada periode pantau 1 Januari – 14 Oktober 2019 berita bertemakan Pancasila telah tersebar sebanyak 482.960 kali. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan persebaran berita bertema komunis dan khilafah. Gambar 5 berikut menunjukkan kuadran persebaran berita.

Gambar 5. Persebaran berita Pancasila, Komunis dan Khilafah di Media Sosial

Kesimpulan

Berdasarkan analisa terhadap jumlah, tren dan persebaran berita tentang Pancasila, Komunis dan Khilafah dapat disimpulkan bahwa tren berita komunis dan khilafah tidak terlepas dari isu Pilpres 2019. Meskipun demikian, isu Pancasila juga tidak terlepas dari Pilpres 2019 lalu. Isu Pancasila memiliki pemberitaan dan persebaran yang lebih tinggi dibandingkan Komunis dan Khilafah.

Kunci Kesaktian Pancasila

“Kecintaan publik yang dalam terhadap Pancasila terbukti menjadi frasa kunci dalam menjaga dan melestarikan Kesaktian Pancasila”.

Pemantauan Evello kali ini akan mengulas seputar isu ideologi dengan Pancasila, Komunis dan Khilafah sebagai targetnya. Menariknya mengulas ketiga isu ini adalah, menurunnya intensitas percakapan publik tentang Pancasila, sementara isu komunis dan khilafah justru kian membesar. Data isu ideologi ini kian bertambah unik karena pertarungan isu ketiganya paling sengit justru terjadi di saat Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila.   

Gambar 1. Indeks Sebaran Percakapan Isu Ideologi di Twitter

Big Data Evello menunjukkan indeks percakapan isu ideologi ini di twitter pada pekan pertama Oktober 2019, menempatkan percakapan tentang Komunis paling tinggi dibanding Pancasila dan Khilafah. Grafik ini sekaligus membuktikan isu Komunis merajai twitter dengan membelah nyaris 50% perhatian publik ketika membicarakan tentang ideologi.

Meski demikian, porsi isu Pancasila masih mendominasi media online dengan 1,096 pemberitaan, sedang Komunis mendapat 734, dan 52 berita tentang Khilafah. Berikutnya, akan dibahas sisi Virality ketiga isu ini untuk mengetahui mengapa isu ideologi menjadi populer.

Berita Viral Isu Pancasila, Komunis dan Khilafah

Gambar 2. Ragam Berita Viral Seputar Pancasila

Sebaran berita viral berisi presiden Jokowi dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan pimpin upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila memicu perhatian besar publik terkait isu Pancasila. Kabar viral lainnya mengulas tentang tempat-tempat bersejarah untuk mengenang kejadian G30S/PKI di hari Kesaktian Pancasila, juga menjadi fokus perhatian publik.

Sementara itu, isu tentang Komunis menjadi viral lewat ulasan berita memuat pernyataan Anies Baswedan saat berada di podium upacara Hari Kesaktian Pancasila. Anies menyebut “ancaman Komunis nyata”. Berita lain menyebut film ‘pengkhianatan G30S/PKI’ tak lagi wajib disiarkan turut memberi efek viral pada isu Komunis.

Gambar 3. Ragam Berita Viral Seputar Komunis

Lebih jauh soal isu khilafah, warganet terpantau menyoroti berita tentang pernyataan dari peneliti LIPI sebut Pancasila butuh panutan bukan slogan. Ulasan berita lain menjadi viral tentang adanya upaya pelemahan aksi demo mahasiswa lewat isu Khilafah, serta kabar soal tagar Gejayanmemanggil disebut banyak diretweet akun pro khilafah masuk menjadi berita viral Evello.

Gambar 4. Ragam Berita Viral Seputar Khilafah

Ragam berita viral tersebut menunjukkan bukti bahwa isu ideologi mendapat ruang besar dalam perhatian publik. Publik sangat terpicu dengan pernyataan Anies sebut ‘Komunis ancaman nyata’, Peneliti LIPI sebut Pancasila butuh panutan bukan slogan, juga sorotan isu Khilafah dalam demo mahasiswa, dan soal film G30S/PKI tak wajib disiarkan.

Tak hanya melalui ragam berita viral, peta sebaran percakapan publik dalam pemantauan Evello juga menunjukkan besarnya dominasi isu Komunis dibanding Pancasila. Jakarta mendapat nilai tertinggi dibanding kota-kota lain di Indonesia tentang ideologi karena dipicu pernyataan Anies soal komunis. Anies bagaimanapun telah berhasil mengedukasi masyarakat ‘secara sengit’ bahaya mengancam Pancasila.

Gambar 5. Pernyataan Menhan Soal Perang Ideologi Mengancam Indopasifik

Kewaspadaan bahwa ideologi Pancasila berpotensi tergerus ideologi lain, nampaknya juga sejalan dengan pernyataan Menhan soal perang ideologi berpotensi mengancam Indopasifik. Pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu itu disampaikan dalam suatu acara melibatkan negara ASEAN baru-baru ini. Lalu apa sebenarnya yang menjadi kunci Kesaktian Pancasila?

Kunci Kesaktian Pancasila dalam Perspektif Big Data

Kabar bahwa Jokowi dan para petinggi negara memimpin langsung jalannya upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila terbukti viral, hal ini dapat menjadi suri tauladan dan contoh yang baik bagi generasi muda bangsa dalam menjaga ideologi Pancasila. Perhatian serius semua kalangan terhadap Pancasila, dan pernyataan tegas para petinggi negara tentang bahaya ancaman ideologi lain terhadap Pancasila dapat mengedukasi masyarakat.

Perhatikan keterlibatan akun-akun unik pada gambar 6 di bawah, percakapan akun-akun ini memuat impression yang begitu dalam tentang Pancasila. Bangkitnya semangat nasionalisme publik ketika berbicara tentang Pancasila membuat isu ideologi komunis dan khilafah seperti ‘terseok-seok’ di hadapan Kesaktian Pancasila.

Gambar 6. Kecintaan Terhadap Pancasila

Data ini sekaligus membuktikan bahwa kecintaan publik terhadap bangsa ini demikian besar. Kecintaan publik yang dalam terhadap Pancasila terbukti menjadi frasa kunci dan paling penting dalam upaya menjaga dan melestarikan Kesaktian Pancasila berdasar perspektif big data Evello.