Salah satu yang ditunggu saat Imlek adalah ramalan berdasarkan shio.
Melalui Deep Learning, Evello melakukan analisa terhadap artikel-artikel berita perayaan imlek. Tahun macan air terdeteksi Evello bersentimen positif dengan skor cukup tinggi, yaitu 44%.
Berita-berita ramalan tahun macam air menghasilkan tiga emosi besar. Yaitu perasaan senang, takut dan sedih. Emosi Joy terdeteksi evello sebagai emosi terbesar yaitu 63%. Emosi Fear berada pada posisi kedua terbesar dengan skor 56% dan emosi Sadness dengan skor 49%.
Evello juga mendeteksi hierarki taksonomi artikel. Hasilnya sebagian besar ramalan tahun macan air memiliki hierarki didominasi konflik politik 73%, isu politik 63%, hukum 60%, rumah tangga, keluarga & asmara 59%, gaya hidup sehat 57% dan kesehatan & penyakit 56%
Lebih jauh, Evello melakukan analisa karakter personal pembaca yang cocok dengan ramalan tahun macan air. Menggunakan algoritma Evello Big 5 Personality, ramalan tahun macan air cocok dengan mereka yang memiliki karakter personal dengan skor tinggi untuk karakter Openness, Agreeableness dan Conscientiousness. Skor openness tinggi menunjukkan seseorang yang terbuka terhadap perubahan dan hal baru. Skor Agreableness tinggi menunjukkan karakter seseorang ramah, simpatik dan mudah bergaul. Sementara skor Conscientiousness tinggi menunjukkan karakter ketelitian, keteraturan dan etos kerja yang kuat.
Lalu apa arti analisa ini? Mari lihat apa yang tokoh publik unggah melalui media sosial mereka saat perayaan imlek. Tak lain seputar meme tahun baru imlek. Jika menggunakan analisa ini, Evello menunjukkan apa yang menjadi harapan masyarakat saat perayaan imlek. Beri pesan yang positif kepada masyarakat. Pastikan pesan tersebut memberikan nuansa Joy. Pastikan bahwa politik, kesehatan dan hukum berjalan dengan baik. Jangan lupa pesan tersebut harus mendorong perubahan, ramah dan simpatik serta ajakan untuk meningkatkan etos kerja.
Itulah ramalan tahun macan air versi Evello yang dipandu dengan teknologi kecerdasan buatan.
Selengkapnya? #TanyaEvello

Indonesia Dalam Ancaman Konflik Agama
Slamet Jumiarto (42) tidak menyangka akan ditolak untuk tinggal di Pedukuhan Karet, Desa Pleret, Bantul, hanya karena dirinya beragama Katolik.

