Peluang Nurdin Abdullah Di Kancah Politik Nasional – Perspektif Big Data

Alasan pemilih suka atau tidak suka dengan kandidat peserta pemilu, bisa digolongkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

  1. Performa individu dalam memimpin/bekerja
  2. Faktor Personal (agama, suku, karakter, latar belakang, dll)
  3. Respon terhadap isu-isu spesifik

Seperti untuk Prabowo Subianto, aspek sentimen positif yang muncul dari pantauan Big Data Evello, dan setelah digolongkan menjadi seperti di Gambar 1 ini :

Gambar 1. Aspek sentimen positif Prabowo Subianto

Terlihat bahwa aspek sentimen positif disini juga merupakan alasan mengapa mereka memilih Prabowo Subianto. Sedangkan aspek sentimen negatif pada Gambar 2. yang juga merupakan isu yang dikemukakan oleh masyarakat yang tidak suka dengan Prabowo.

Gambar 2. Aspek sentimen negatif  Prabowo Subianto

Dengan memperhatikan dua gambar diatas, bisa kita ketahui bahwa alasan pemilihan kandidat presiden masih ditentukan oleh Faktor Personal. Bagaimana kinerja menjadi penyebab kedua, dan selanjutnya bagaimana respon kandidat terhadap suatu isu. Inilah alasan mengapa presiden untuk saat ini Islam dan Jawa. Sehingga pilihan Parpol saat menjaring bakal calon, dua faktor ini menjadi pertimbangan utama.

Sementara itu, di Sulawesi Selatan ada Nurdin Abdullah. Sosok yang sukses merubah Bantaeng. Bantaeng berubah dari awal masuk dalam 199 daerah tertinggal di Indonesia, sekarang menjadi pusat kekuatan ekonomi baru di Sulawesi Selatan, hanya dalam waktu 10 tahun. Jika diurai apa saja prestasinya, tidak cukup lima lembar folio untuk menjabarkannya.

Namun dalam pantauan Evello, popularitasnya masih kalah dengan Anies Baswedan. Padahal kisah sukses ini harusnya bisa menasional, agar bisa menginspirasi orang banyak. Memang sepi ing pamrih rame ing gawe Nurdin Abdullah ini.

Grafik Result dan Share Index Evello Pantauan Gubernur Periode 1 Januari s.d. 31 Juli 2019

Dari dua grafik di atas terlihat jelas, bagaimana gap ramainya percakapan pengguna media sosial dan publikasi wartawan, antara kepala daerah di Jawa dan diluar Jawa-tanpa mengecilkan prestasi RK, Ganjar dan kawan kawan. Namun jika yang terkenal hanya itu-itu saja, hanya dari Jawa saja, maka khalayak tidak tau betapa besar potensi yang dimiliki dari luar Jawa.

Selama ini faktor Jawa dan Islam menjadi sangat dominan. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010. Suku Jawa adalah kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total populasi. Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di negara dengan kode area +62 ini. Saat ini ada lebih dari 207 juta muslim di Indonesia.

Pemilihan Islam dan Jawa ini merupakan manifestasi dari rasa aman. Padahal jika dirunut dari alasan terpenting memilih pemimpin seharusnya adalah:

  1. Performa individu dalam memimpin/bekerja
  2. Respon terhadap isu-isu spesifik
  3. Faktor Personal (agama, suku, karakter, dll)

Untuk point 2 dan 3 bisa bertukar, karena yang terpenting adalah kinerja. Seperti yang sudah dibuktikan Nurdin Abdullah dan nanti menyusul Nurdin Nurdin lainnya, yang siap memperbaiki negeri ini, asal diberikan kepercayaan. Waktunya Nurdin Abdullah untuk berkontestasi dengan gubernur-gubernur di Tanah Jawa. Jadilah terkenal, gaungkan succes story Bantaeng, dan Sulawesi Selatan.

Jangan hanya berikan ‘rasa’ itu pada warga Sulawesi, biarkan masyarakat Indonesia juga berbahagia.

SHARE

Trending Now