Kisah Seorang Aktivis Bernama Jono dan Implicit Stereotypes yang Menimpanya

Jono adalah seorang aktivis sukses. Ia sering terlibat dalam pelbagai gerakan sosial, termasuk pemberdayaan masyarakat. Dalam pemahaman “kita hidup di era modern, semua manusia harus berdaya tanpa diskriminasi SARA, termasuk gender.”

Jono adalah orang yang tidak suka melihat diskrimnasi gender. Di rumah, Ia terlibat urusan domestik. Nyapu, ngepel, dan bahkan tak pernah minta dilayani saat makan. Saat ditanya soal ini, Ia selalu menjawab “urusan rumah tanggung jawab bersama, ya suami, ya istri.” katanya.

Baginya, peremuan dan laki-laki setara, Tak ada itu yang lebih baik. Semua ciptaan Tuhan dan harus sejajar saling menghormati. Itulah sebabnya Jono kerap menjahit pada ayahnya yang sering memperlakukan Ibunya tanpa rasa hormat, terutama saat melihat Ibunya harus tergopoh-gopoh datang saat ayahnya memanggil.

Jono, punya seorang putri berusia 7 tahun. Ia sering bercerita pada anaknya untuk menjadi wanita mandiri, berpendidikan dan berdaulat dalam hidupnya. Ia sering menasehati anaknya untuk berani berpikir jika ada yang kecerdasannya sebagai seorang perempuan di sekolah atau dimana pun berada.

Istri Jono saat ini sedang hamil 2 bulan. Ia intens terlibat dalam menjalani hari-hari istrinya yang mengalami masa hamil muda. Ia bahkan banyak mengambil alih pekerjaan domestik sebelum akhirnya berangkat kerja.

Siang itu, diakhir pekan, kawan-kawan Jono datang ke rumah. Riuh mereka menyampaikan selamat atas kehamilan sang Istri. Jono dengan bangga berujar. Saya menghormati istri saya dan tubuhnya, makanya selang tujuh tahun baru hamil anak kedua. “Biar Ia sehat fisik dan mental” kata Jono.

Saat temannya berkata “Jon, rencanamu punya anak berapa?”. Jono berkata “berapa saja, yang jelas sampai lahir anak laki-laki, baru berhenti.”

Mendengar jawaban Jono, kawan-kawannya agak terbelalak. Mereka mengetahui siapa Jono selama ini dan penjelasannya begitu mengagetkan.

Apa yang Jono tak pernah sadari adalah Ia memiliki bias kognitif. Jono mengalami Implicit Stereotypes yaitu keyakinan atau asumsi otomatis yang dimiliki seseorang terhadap kelompok tertentu tanpa disadari secara penuh.

Stereotip ini bekerja di bawah tingkat kesadaran dan seringkali terbentuk dari paparan terus-menerus terhadap informasi budaya, media, atau pengalaman sosial sejak dini.

Karena bersifat implisit, individu dapat memiliki pandangan negatif atau positif terhadap kelompok tertentu bahkan ketika secara eksplisit menolak diskriminasi atau prasangka terhadap pandangan tersebut.

Dalam kasus Jono, Ia secara sadar menolak diskriminasi gender, Baginya perempuan dan laki-laki sama saja. Tetapi tanpa disadari, Ia justru menginginkan anak laki-laki agar utuh hidupnya. Jono jelas mengalami apa yang disebut dengan Implicit Stereotypes.

Oleh:  https://x.com/DudyRudianto

SHARE

HEADLINES